TEMPO Interaktif, Jakarta - Anak memang tak bisa diajak berbohong. Inilah yang menyebabkan terungkapnya dugaan konspirasi antara guru, sekolah, dan pejabat pendidikan untuk mengatrol angka kelulusan siswa.
MA, siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 06 Petang Pesanggrahan, Jakarta Selatan, merasa tertekan karena harus menyimpan rahasia konspirasi itu. Perasaannya tak terbendung ketika sang ibu, dalam perjalanan pulang sekolah, bertanya bagaimana dia menghadapi ujian nasional pada hari pertama, Selasa (10 Mei) lalu.
"Ujian ini, insya Allah, Abang bisa, Bunda, tapi jangan tanyakan yang lain. Sampai di rumah, Abang ingin di kamar sendiri. Tidak usah tahu, Bunda, Abang mau menyimpan ini sendiri," kata Irma Lubis, sang bunda, menirukan ucapan anaknya itu di kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak kemarin.
Tak lama setelah memberi jawaban itu, Irma menambahkan, MA mengaku dadanya sakit lalu menangis. "Abang sudah janji tidak mau mengatakan apa pun, kesepakatan ini sudah dibuat," kata Irma menirukan anaknya.
Belakangan, setelah MA dibujuk, terungkaplah bahwa pada Jumat sebelumnya dia dan semua siswa yang dianggap pintar di sekolahnya dikumpulkan dan dibagi per kelompok untuk sebuah kesepakatan. Mereka diminta membagi jawaban ujian nasional nanti kepada rekan-rekannya yang lain lewat telepon seluler.
"Apa pun yang terjadi saat UN, tidak boleh ada satu orang pun yang tahu, tidak juga orang tua," kata Irma mengungkapkan hasil "investigasi" yang dilakukannya kemudian di lingkungan sekolah. Ia merekam beberapa wawancara yang dilakukannya terhadap teman-teman MA.
Aswari, ayah MA, menambahkan, pihaknya sempat bertemu dengan Kepala Sekolah dan juga pejabat dari Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan pada hari ketiga ujian. Isi pertemuan memintanya menghentikan investigasi. Adapun Kepala Sekolah Agus Kusyono, disebutkan Irma, mengatakan, "Kami hanya ingin semua anak lulus."
Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait berjanji akan meneruskan pengaduan itu ke Kementerian Pendidikan Nasional dan Gubernur DKI besok atau Selasa. "Ini ada sebuah konspirasi di tingkat Jakarta. Angka pencapaian kelulusan siswa 99,52 persen (di Jakarta) tidak menunjukkan mutu pendidikan," katanya.
Dihubungi terpisah, Agus menengarai pengaduan pasangan orang tua muridnya ke Komnas Perlindungan Anak karena salah paham. "Anaknya mungkin mengadu yang berlebihan, padahal tidak terjadi apa-apa," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengatakan akan ikut menyelidiki kasus ini. "Saya baru dengar, tapi saya akan menyelidiki kebenarannya sebelum mengambil tindakan," katanya.
MARTHA THERTINA | PUTI NOVIYANDA | AMANDRA
sumber: tempointeraktif.com
Bocah SD Bongkar Kecurangan Ujian Nasional
Bocah SD Bongkar Kecurangan Ujian Nasional
0 Comments