MESKI tidak mudah, Sisca, Jenny, Yuli, dan Agnes lebih memilih mengajarkan bahasa Mandarin kepada anak-anak. Mereka punya banyak alasan enggan mengajar remaja atau orang dewasa.
Seperti Sisca. Dia menuturkan paling enjoy mengajar anak-anak. Selain Sisca merasa lebih percaya diri, anak-anak tersebut lebih mudah diatur. ''Mereka cukup gampang diarahkan,'' ungkapnya.
Pengarahan itu dilakukan agar anak-anak paham berbahasa Mandarin yang benar. Mereka juga diharapkan bertata karma seperti orang Tiongkok. ''Anak-anak lebih terbuka saat diajak mengikuti semua pelajaran tata karma,'' tutur perempuan kelahiran 12 Mei 1984 itu.
Agnes membenarkan hal tersebut. Dia menuturkan, beberapa rekannya punya pengalaman, kebanyakan remaja kurang respek kepada guru muda. ''Karena kami sepantaran mereka, remaja nggak terlalu menghormati,'' ujar perempuan kelahiran 15 Desember 1984 tersebut.
Dia mengungkapkan, selama ini belum pernah mengajar remaja. Jika suatu hari diharuskan mengajar orang dewasa atau remaja, Agnes menyatakan siap. ''Siapa takut,'' kata lulusan Beijing Language University tersebut.
Demikian halnya dengan Yuli. Dia sebenarnya siap mengajar siapa saja. ''Tapi, kalau ada anak-anak, saya prefer mengajar anak-anak,'' tuturnya. Maklum, sejak menjadi guru bahasa Mandarin, dia memilih mengajar anak-anak. ''Ngajar secapek apa pun, kalau lihat tingkah anak-anak, pasti langsung hilang capeknya,'' ucapnya.
Kecintaan kepada anak-anak jugalah yang memotivasi Jenny menjadi guru bahasa Mandarin. ''Anak-anak lebih gampang menyerap sebuah bahasa,'' ungkap perempuan kelahiran 7 Juli 1982 itu. Dia merasakan kepuasan jika melihat muridnya lancar berbicara menggunakan bahasa Mandarin. (upi/c10/nda)