JAKARTA -- Baru tahun ini SMP Terbuka Tengaran Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah membuat kerajinan kriya tekstil tas laptop. Namun, produk ini sudah kebanjiran pesanan. Bahkan, peminatnya pun ada yang minta dibuatkan desain khusus.
Aneka tas laptop bermotif batik dibuat untuk laptop berukuran 10", 12", dan 14". Harga jual mulai Rp 25.000-Rp 30.000. "Ada ibu-ibu yang suka motif batik Sido Mukti. Menurut orang Jawa, motif ini mendatangkan keberuntungan," kata Guru Bina SMP Terbuka Tengaran Siti Pujiati di sela-sela Lomba Motivasi Belajar Mandiri (LOMOJARI) 2010 di Plaza Insan Berprestasi, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Rabu (28/7).
Siti mengatakan, ide pembuatan tas laptop muncul dari banyaknya bahan limbah kain batik dari para penjahit di Kabupaten Semarang. Penjualan laptop yang marak juga memicu ide kreatif ini. "Bahan dasarnya mudah didapat dan murah. Satu kilogram kain perca batik cuma Rp 7.000,00. Selama tiga hari pameran, terjual 118 tas laptop. Salah satu pemesan adalah dari pihak kantor pusat BRI Jakarta," jelasnya
LOMOJARI diselenggarakan oleh Kemdiknas sebagai sarana sosialisasi SMP Terbuka. Berbagai macam produk keterampilan dari seluruh Indonesia dipamerkan pada lomba bidang keterampilan yang digelar mulai 26-29 Juli 2010. Di akhir pameran, produk itu dapat dibeli oleh masyarakat umum.
Adapun rumpun keterampilan LOMOJARI meliputi kriya tekstil, kriya kayu dan anyaman, tata boga, kerajinan, serta tenun tradisional dan batik. Salah satu program yang dilaksanakan di SMP Terbuka adalah program pendidikan keterampilan. Melalui program ini, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat dan kreasinya menciptakan produk keterampilan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Fitri, pengunjung pameran, terkesan dengan karya keterampilan lukis kaca di stan SMP Terbuka 1 Majebo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Menurut dia, produk yang dihasilkan kreatif dan siswa menjadi produktif. "Mana yang belum terjual?" tanya dia pada siswa yang menjaga stan.
Mastur, Guru Bina SMP Terbuka 1 Majebo, mengatakan, siswa yang belajar di sekolah ini sebanyak 150 orang dan sebanyak 38 orang terlibat dalam pembuatan keterampilan lukis kaca. Mastur menyebutkan, produk lukis kaca yang dibuat meliputi cermin kaligrafi, kaca painting, dan kaca wastafel. "Harga jualnya antara Rp 25 ribu-Rp 150 ribu," katanya.
Pada tahun 2006, terang Mastur, sekolah ini mendapatkan bantuan blockgrant Rp 15 juta dari Kemdiknas. Kemudian pada tahun 2010 mendapatkan blockgrant Rp 45 juta. "Blockgrant ini akan digunakan untuk membeli peralatan seperti diesel dan kompresor," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Suyanto mengatakan, SMP Terbuka merupakan alternatif strategis. Siswa SMP Terbuka, kata dia, termasuk kelompok anak yang dididik untuk menuntaskan wajib belajar. "Ciri khas SMP Terbuka adalah belajar mandiri. Di samping bekerja di sawah dan membuat kerajinan, dia belajar dan bersaing dengan anak-anak di sekolah reguler," terangnya.
Kepala Sub Direktorat Kelembagaan Sekolah Direktorat Pembinaan SMP Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Kasubdit Kelembagaan Sekolah Dit.PSMP. Ditjen Mandikdasmen) Kemdiknas Yenni Rusnayani, selaku ketua panitia juga menyampaikan, SMP Terbuka sebagai salah satu pilihan layanan pendidikan dasar. Dia menyebutkan, di seluruh provinsi terdapat sebanyak 2.111 sekolah dengan jumlah tempat kegiatan belajar (TKB) sebanyak 7.413.
Adapun siswa yang dilayani meliputi sebanyak 67.711 siswa kelas VII, 78.271 siswa kelas VIII, dan 102.450 siswa kelas IX. "Mereka dibimbing oleh guru bina sebanyak 26.248 orang dan guru pamong 15.221 orang," ujar Yenni. (cha/jpnn)