BALIKPAPAN- Tiga fakultas di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda sepi peminat. Ketiga fakultas itu adalah Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Pertanian (Faperta), dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Namun, sepinya minat calon mahasiswa untuk menuntut ilmu pada jurusan tersebut tak hanya terjadi di Unmul.
"Itu juga terjadi secara nasional juga," kata Kepala Biro Humas Unmul M Ikhwan, kepada Kaltim Post (JPNN Grup).
Dia juga mengaku heran dengan fenomena yang terjadi beberapa tahun terakhir itu -- peminat tiga fakultas itu yang cenderung turun. Padahal, jelas dia, seperti Fahutan dulunya adalah kampus paling favorit, tak hanya di provinsi ini, tapi juga nasional, bahkan internasional. Catatan media ini, tak sedikit mahasiswa Jepang yang studi di Fahutan, khususnya pascasarjana. Apalagi, Fahutan punya laboratorium lengkap dan tenaga pengajar mumpuni.
"Ya begitu, sekarang ini dipikir hutan sudah habis, enggak ada yang mau masuk kehutanan. Padahal, kehutanan enggak hanya itu, banyak hal lain yang dipelajari dan diteliti, salah satunya obat-obatan," katanya.
Di sisi lain, jelas dia, jika dilihat saat ini, tak sedikit juga lulusan kehutanan yang bisa diterima di sektor lain, seperti bekerja di bank-bank swasta maupun pemerintah.
"Di bank itu engak hanya lulusan ekonomi, banyak juga lho lulusan kehutanan," paparnya.
Tapi kini, jelas dia, fakta yang tersaji jomplang. Misalnya, di Fahutan dari ujian jalur tulis kuota yang tersedia untuk fakultas itu ada 400, yang daftar sekira 100-an. Sementara Kedokteran, dengan kuota 25 pada jalur tulis, yang daftar hampir seribuan.
Sekadar diketahui, ada tiga jalur untuk bisa berkuliah di Unmul, yakni via undangan, jalur tulis (SNMPTN), dan jalur lokal (mandiri).
Pro Pasar
Lantas bagaimana dengan lulusan-lulusan Unmul yang sampai saat ini dinilai kurang propasar, seperti yang kerap didengungkan, salah satunya oleh Pemprov Kaltim. Kata dia, jika merujuk pada data angka, alumnus Unmul banyak yang sudah diserap pada dunia kerja.
Contohnya saja, pada wisuda di GOR 27 September Unmul Sabtu (4/6) lalu, yang mana 714 orang dari 1.531 wisudawan adalah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Para alumnus FKIP itupun mayoritas adalah guru yang penyetaraan, artinya sudah bekerja. Wisudawan saat itupun banyak Strata 2 yang sudah bisa dipastikan punya pekerjaan.
"Jadi sisanya yang mahasiswa yang begitu lulus langsung cari kerjaan itu sedikit. Ini pandangan saya pribadi dengan merujuk data angka," jelasnya.
Jadi, jelas dia, tak sepenuhnya benar kalau disebutkan para lulusan Unmul yang tak propasar.
Soal lulusan propasar itu, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak pernah mengeluarkan catatan untuk Unmul. Gubernur berharap, Unmul bisa melahirkan sarjana yang bisa memenuhi kebutuhan pembangunan di daerah.
Seperti sekarang, pemprov tengah membutuhkan sumberdaya manusia (SDM) pada pos-pos yang dibutuhkan, seperti sarjana kimia. Ini berkolerasi dengan program Pemprov yang membangun pabrik amonium nitrat di Bontang, dan pembangunan pabrik dan pelabuhan Maloy di Kutai Timur yang membutuhkan sarjana mesin.
Begitu juga dengan kebutuhan di pemerintahan. Dia mengaku, di tiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) saat ini masih banyak yang membutuhkan tenaga akuntansi.
"Harusnya bisa dipenuhi oleh Unmul, peluang seperti ini harusnya dimanfaatkan," tambahnya lagi. (far/fuz/jpnn)